Matahari menjerut awan, hilang
kontang menggigit tanah, gersang
bibirnya merekah-rekah.
Tangan dan kakinya kurus, menggigil
menahan tubuh bergoyang, temulang
yang kering dan tak berdaging, pasrah
hatinya diluah sudah lama, biarkan
ianya kering seperti daunan tanpa hujan.
Angin panas membawanya ke mari, kusut
fikiran kusut dasar hatinya, mati
menawarkan neraka pada harga murah, dan
syurga pula terlalu mewah, bagi
dosa-dosanya.
Tanah rapuh, setiap
langkahnya terbenam dalam kerak-kerak dosa, menggigit
betis dan pehanya penuh calar-balar, pedih
diselar duri-duri siksa.
[nizam.ariff - 4.5.2011]
.
No comments:
Post a Comment