Wednesday, October 27, 2010

Ancak yang Hilang

.



Ancak itu hanyut dibawa arus kuala sungai menuju ke mentari mati.
Sedikit terumbang-ambing diganggu gelora kecil namun masih stabil.

Merah kaki langit mega yang sungguh mewarnakan mistik.
Menambahkan degup suasana ngeri dan seram.

Lentuk liuk lampu minyak sapi dibaham angin kuala laut dari kiri dan kanan
Demi tugasnya menerangi ancak hanyut, selagi ada minyak itu selagi itulah berapi

Ancak itu, yang berbalam-balam dengan cahaya suram, seakan-akan harapan
Dan seluang laut turut bermain dan mengiringi ia hanyut, menuju laut lepas

Namun, harapan tinggal harapan
Ancak hilang dalam gelap malam, bila Maghrib bertemu Isya'.






.

Wednesday, October 20, 2010

Sekadar penghias waktu...

.

Sanggar hati yang semakin rapuh
jangan digayut lagi, nanti kan patah
berderai

Apa jenis warna rona dunia, pelangi?
warnanya kekal hitam bagiku
kicau merdu suara
pelesit segala bagiku

Berjeniskah aku?
sekadar bayang-bayang pada aspal hitam
siang dan malam, ada atau tiada
aku tetap tiada

Cantik laut itu
penuh ombak gelora di atasnya
namun sunyi tenang didasarnya
aku rasa aku patut ke sana
tenggelam di dasarnya

Ataukah aku ke puncak gunung?
melambungkan diri ke gaung dalam
disambut gerigis cerucuk tajam
luluh bersama bayu dan waktu

Ataukah aku hilang?
sembunyi disebalik detik jam dungu
semakin samar dan samar
menjadi debu dimakan waktu




.

Monday, October 18, 2010

Pergilah, tempat kamu di neraka sana...

.

Keruh di muara resah menanti sinar pagi
memanas tubuh lesu kaku sejuk 
menggeletar menahan amarah semalam
hilang beku hati syahdu kini panas
walau mentari belum muncul
simbah cahaya alam dan riang-riang menyanyikan lagu
sindir mengiringi ketawa sikongkang jiwa


    Aku yang semalam menggelepar kepanasan
    lahar jiwa dan minda merah menyala-nyala
    meletus tinggi dan menghujani bumi dengan api
    marak membakar lalang kering 
    dan ditiup angin senja
    asap membutakan dan pedih mengelilingi hati bisu
    sebisu batu


        Pada langit aku khabarkan urusanku
        minggu lalu yang penuh syahdu dan matiku
        pada tanah aku bungkamkan jasadku 
        menanti cair singgahsana takdir
        pada segala-galanya aku ucapkan selamat tinggal

        dan kepadamu,
        pergilah, tempat kamu di neraka sana...




.

Friday, October 8, 2010

Bedebah amarah menjadi murka dan setan-setan pun ingin bertambah...

.

   Ingin saja aku angkat dunia ini
   menjadi pujaan si gila impian
   kontot fikiran
   dan tebal angan-angan

        Mau saja aku balut dunia ini
        dengan wang dan emas
        permatasari kilauan jantung hati
        biar dara bedebah layu tersembam
        terpukau dari gamitan bayang-bayang
        biarkan semuanya hancur
        hanyut menjadi setan-setan
        terus kekal lemah hingga akhir zaman
        dendam hitam yang parah murka 
        durjana kau, dunia


maaf
aku tak sampai walau
hati aku merah dan marah tapi
aku tak sampai
maaf.


        Maafkan aku.
        tak sepatutnya aku menjadi sebahagian dunia ini.
        sungguh keji
        aku akan tinggalkan
        aku akan tinggalkannya...




.

Monday, October 4, 2010

Apa lagi selepas ini..?

.

Jerit hanya di kerongkongan,mengaduh tanpa jiwa lepas bebas, lidah kontang, mulut jiwa berkaca menghiris bibir berdarah merah, hati yang pedih.


Hati ini patut digali dirobek jadi perca-perca sebar, setiapnya ada muka-muka kenangan sedih, pilu, sesal... putus asa mungkin. Ya, mungkin nanti...


Taburkan semuanya di atas dunia, kejam sungguh ataukah aku yang sungguh kejam? Mangsa? Aniaya? Apa lagi...?





Pegang            ruhku ini
berjiwa yang taufannya musibah
puing-puing risau dan hanyut lepas
gelap pada hitam muka hati
bukan rupa yang selalu
terlintas satu soalan
apa lagi
?






ohh.....!

.