Merung Mahawangsa: tasbih jiwa yang putus

Wednesday, November 2, 2011

tasbih jiwa yang putus

imej: epilogue.net

Setan-setan manusia yang berkepala setan

rantai tasbih putus dikerkah nafsu

manik-maniknya menjadi peluru

menembusi dada-dada aman

4 comments:

tasekM said...: mmg cilaka..

.; November 2, 2011 at 1:05 PM
Nizam.Ariff said...: TM,
wwoooo.... ko memang ganazzzzz... keh keh keh; November 2, 2011 at 2:13 PM
sepa said...: kecik2 dah bawak M16.! kita bukak sekolah kat sana nak.!?; November 3, 2011 at 1:26 PM
Nizam.Ariff said...: sepa,
tak nak.. aku nak jadi ninja assassin...; November 3, 2011 at 3:37 PM

Tanyai aku tentang Puisi, maka ini jawabku...

Puisi lahir dari hati, dari rasa, dari fikir, dari marah, dari senyum, dari tangis, dari tawa, dari ilmu, dari tak tau, dari terang, dari kelam, dari kekaburan, dari kesamaran...

Jadi, kalau ada alasan yang mengatakan sukar untuk menulis puisi sebenarnya puisi juga lahir dari kesukaran.

Kalaulah ada yang kata fikirannya kosong untuk menulis puisi sebenarnya puisi juga lahir dari kekosongan.

Puisi? Puisi juga lahir dari suatu persoalan!

Puisi adalah terjemahan lahir dan batin, adalah dari tajali, adalah projeksi dari yang ada di dalam, adalah interaksi dari apa yang ada di luar. Itu pendapat aku.