.
Merenung jauh, melihat bayang awan
Meneduh bumi, aku syak hujan nanti
Angin bertiup, bertitipkan pesan
Itu semua rupa-rupanya khayalan
Berdenyut nadi masih, degupan tak sekata dalam dada
Aku picit-picit dahi yang tak sakit, entahlah kenapa agaknya
Bergumpal rasa ada dalam dada, resah tanpa kata
Berdendam lagikah jiwa?
Tidak, aku doakan tidak
Cukuplah tahun-tahun kelam itu pergi
Persilakan bibit terang bersinar redup dalam hati
Siapa lagi jika bukan diri sendiri merawat hati?
Harapan entah ke mana perginya
Aku turutkan rasa dan naluri jiwa
Memandang mendung di kaki horizon
Kemudian petir menerangi dunia
Tofan kasar menerjah layar
Rabaklah ia, kolek ini beroleng
Namun naluri selalu berpesan
Segunung mana ombak, sekencang mana tofan
Itu biasa dalam mana-mana kehidupan
Berenang bila karam, berhanyut bila penat
Usah diharap pada keajaiban, jika ada ada, jika tiada tiada
Apalah diharap pada tubuh kolek semiskin ini
Sekadar menampung berat dosa sekelumit pahala tatkala berlayar pergi
(Spontan ...bersambung)
.
Tuesday, September 23, 2014
Monday, September 8, 2014
Ghairah
.
Ayuh pegang urat nadi
Kerat...dan jadikan ia tali
Membelit, mengusut hati
Darah merah ...dan mati
Kesuma jiwa
Nafas ia ghairah rasa
Hembus di telinga
Debar...merangkak melahap
Merangkul tubuh gebu
Lemas diusap-usap
Diraba...diperkosa
Dirobek dada
Direntap jiwa
Desah terakhir
Tubuh telanjang longlai
Terasa separuh jiwa pergi
Tapi....ia mahu lagi
.
Ayuh pegang urat nadi
Kerat...dan jadikan ia tali
Membelit, mengusut hati
Darah merah ...dan mati
Kesuma jiwa
Nafas ia ghairah rasa
Hembus di telinga
Debar...merangkak melahap
Merangkul tubuh gebu
Lemas diusap-usap
Diraba...diperkosa
Dirobek dada
Direntap jiwa
Desah terakhir
Tubuh telanjang longlai
Terasa separuh jiwa pergi
Tapi....ia mahu lagi
.
Subscribe to:
Posts (Atom)